Ada apa aja ya di blog saya?

Kamis, 15 September 2011

Cerita Dalam Semangkuk Mie Ayam

Cerita yang kita punya
Takkan ada jika tak percaya...


Sebait potongan lagu dari band Letto membuat saya sering teringat kegiatan-kegiatan yang saya lakukan dengan para sahabat ‘agent pelopor Islam dari kampus Al-Banjariyaat’. Hampir setengah waktu dalam sehari bersama mereka di dua bulan terakhir ini, sungguh intensitas pertemuan yang cukup banyak dengan mereka. Bosan? Tentu saja tidak. 

Mulai acara Seminar Rajab, kemudian GERAK alias gema ramadhan kampus, dilanjutkan dengan wisata religi sambil rihlah sebentar mengusir kepenatan setelah berjibaku dengan dua acara sebelumnya, terlaksanalah agenda pilihan yakni ziarah ke makam waliyullah di kota Martapura. Lantas, setelah itu para agent masih harus disibukkan dengan agenda sambut MABA (mahasiswa baru) di kampus tercinta. Langkah ‘plus-plusan’ sambil mengenalkan mereka dengan eksistensi KDK Al-Karomah sebagai lembaga dakwah the one and only di kampus, para bibit baru pengemban dakwah di follow-up dengan sedikit rayuan (baca: promosi gencar-gencaran) akan acara Training Motivasi. Semua agenda harus terlaksana sesuai konsekuensi bahkan dalam waktu yang berdekatan. Kali ini benar-benar menguras pikiran dan tenaga. Para agent hampir tak punya waktu santai!

Salah satu kegiatan yang sangat bermakna, sebulan penuh menjalankan program kerja GERAK, melelahkan fisik sekaligus menyenangkan hati. Ada saja keceriaan yang saya rasakan bersama para sahabat. Menyiapkan menu berbuka ditemani derai tawa, kegaduhan yang tak terelakkan saat kucing-kucing manis ikut nimbrung, atau saat cemberut berjamaah sewaktu kehabisan jatah berbuka. Semua lumrah dan biasa dilewati tatkala berusaha profesional menjalankan amanah.

Rasa lelah tersebut tak menjadi penghalang untuk menyebarkan nafas Islam, bukan. Sebuah cita-cita besar oleh semua agent pelopor sejak dari angkatan baheula hingga sekarang. Kampus tersayang bagga menyandang embel Islam, yang dirasakan kurang terwujud. Harapan bersama agar nilai-nilai keislaman yang mulia merata di seluruh pelosok kampus.

Bahagianya jika para gadis kampus menjadi mulia dan semakin berharga serta aman berseliweran dengan kerudung panjang dan baju lebar mereka. Para lelaki juga terjaga pandangan dan hatinya akan sosok-sosok indah yang selalu tampak diujung sorot mata mereka. Ingin semuanya terjaga, menjaga dan dijaga oleh aturan syar’ie. Sebuah aturan induk semang dari segala aturan dan norma yang baik. Aturan yang mutlak, mengikat, namun menguntungkan. Yang takkan pernah merugikan individu atau kelompok manapun, selama ikhlas dijalankan, yakni aturan yang berasal dari Allah dalam Al-Qur’an al-karim.

Keinginan yang tak hanya sekedar harapan kosong belaka, bersama sahabat akan selalu berusaha take action menyebarkan kebanggaan akan nilai keislaman. Walau dirundung berbagai keterbatasan dalam melangkah, para pelopor masih berbekal keyakinan dan semangat untuk memperjuangkan mimpi besarnya. Yeah!!!

Sedikit terinspirasi dari kata-kata Profesor BJ.Habibie, “Tuhan menganugerahkan kepada manusia otak, hati nurani dan energi. Ketiganya mestilah digunakan dalam relasi yang pantas. Tapi tentunya sangat ditentukan pula oleh faktor-faktor lingkungan. Kalau lingkungan jelek, ya susah. Kebetulan bagi saya sesuatunya menguntungkan”. Akhir-akhir ini sudah sering saya katakan kepada sahabat saya bahwa lingkungan yang kondusif adalah faktor awal saya memberdayakan diri untuk jadi lebih baik. Apa yang saya harapkan, kemungkinan akan mudah saya upayakan asalkan lingkungannya mendukung.

Kepercayaan besar para sahabat dalam memberikan amanah kepada saya, turut serta memberikan kontribusi pembelajaran dan hikmah untuk berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Memupuk minat akan organisasi. Belajar untuk mengoptimalkan kemampuan. Segalanya dapat terealisasi dari langkah kecil-kecilan saya yang fakir ilmu ini yang nekat melibatkan diri di kegiatan-kegiatan yang terlaksana.

Jika ada acara temu pandang Orang Modal Nekat, maka salah satu kandidatnya itu ya saya. Tapi, saya tak mau berlama-lama hanya bermodal kenekatan saja terjun dalam bidang kali ini. Prinsip sambil menyelam minum air saya terapkan. Toh, seringkali dikritik karena salah membuat surat-menyurat sudah kenyang saya telan. Mungkin itulah cara Allah memberi saya pembelajaran. Alhamdulilllah ya.. juga ada komando moril a.k.a suntikan semangat dari para sahabat, dan itu sudah cukup membuat saya SEMAKIN NEKAAAAT!! hahaha, maaf saya curcol again. :P

Namun, dibalik sekumpulan keluhan karena lelah mendera hati dan badan, tak bisa diindahkan jika tak ada kegiatan tanpa menyisakan kesan di hati para agent, termasuk saya pribadi. Menerjunkan diri dalam wadah dakwah bersama para sahabat membuat saya merumuskan kesan tersendiri. Penat menjadi senyuman, keluhan berubah jadi deraian canda tawa, bertransformasi menjadi sebuah kisah manis yang insya Allah akan saya simpan di kotak memori otak hingga kapanpun saat diri ini masih diizinkan Allah untuk mampu mengingatnya. 

Berteman tanpa kemunafikan. Tak berlaku bagi saya jika terlibat dalam agenda persahabatan hanya karena terinspirasi teori simbiosis mutualisme. Tak ubahnya bagai konspirasi mini yang konyol. Insya Allah, saya diyakinkan akan langkah yang diarahkan saat ini. Sebuah persahabatan dalam makna sesungguhnya. Persahabatan yang tanpa disertai embel memaksa peroleh keuntungan dari orang lain, baik materil maupun non-materil. Apalagi berinisiatif pasang wajah manis di depan, namun budaya ‘sikut-menyikut’ masih kentara. Hanya persahabatan oleh rasa kasih karena Allah, karena aqidah Islam. persahabatan yang kuat untuk membantu mengarungi samudera iman, dan itulah ‘rasa enak’ persahabatan yang betul-betul ingin terus-menerus saya kecap. Aamiin Yaa Allah...

‘Rasa enak’ persahabatan yang dilandasi keimanan kepada Allah akan bertahan tak pandang batas waktu. Saya percaya itu. Rasa enak yang melebihi saat lidah saya asyik menikmati Mie Ayam langganan di dekat kampus yang berpadu sayur sawi segar, kerenyahan pangsit, kenyalnya mie, atau gurihnya potongan daging ayam dalam seporsi mie kesukaan saya itu. Baik yang saya pesan full, maupun setengah harga karena ingin hemat. Haha. Semua itu akan bercerita kembali dalam ingatan saya tentang kekomplitan paduannya, dimana komponen kelezatan berbaur dalam satu komposisi bahan yang pas. Karena itu ada dan saya percaya. Seperti cerita dalam semangkuk mie ayam... ^_^



Banjarmasin, 14 September 2011
Pukul 00.01.


Jenk Happily Ever After