Ada apa aja ya di blog saya?

Selasa, 05 Februari 2013

“Ka, Kami Jangan Disuntik Ya...”



(Report : Sosialisasi Jajanan Sehat Di SDN Tanjung Pagar IV Banjarmasin)

    Sudah hampir tiga bulanan draft tulisan saya ini terbengkalai di netbook. Setelah dirasa cukup mengumpulkan mood, alhasil gatel juga untuk melanjutkan. Sebenarnya sih bukan isu baru tema yang saya angkat, di media massa sudah sering wara-wiri dibahas. Ya, barangkali ada yang masih acuh, maka sekedar berbagi dengan para pembaca yang kebetulan mampir di blog saya, sekalian berharap dapat menginspirasi melakukan hal yang sama. Ceilaaahh...

    Pada Sabtu, 10 November lalu saya dengan keempat rekan sekampus menyambangi sebuah sekolah di ujung Kelayan B Timur. Bangunan sekolah yang berbentuk persegi empat itu hanya memiliki 6 buah kelas untuk belajar. Begitu pun jumlah siswa dan pengajar yang simpel untuk sekolah imut itu.

    Sejak pertama kalinya menginjakkan kaki disana hal lucu langsung kami dapat. Tak hilang dari ingatan ketika kami baru saja memarkir motor di halaman, tiba-tiba saja beberapa anak menghampiri, “Ka, kami jangan disuntik ya...” Plus disertai mimik muka memelas dan penuh kekhawatiran. Maklum lah, dengan seragam lengkap seperti itu kami disangka perawat atau bidan yang dipanggil pihak sekolah untuk melaksanakan bulan imunisasi. 

   Kedatangan kami untuk melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang sosialisasi penerapan jajanan sehat, juga sebagai persyaratan lulus mata kuliah Praktikum Kesehatan. Mengadakan penyuluhan kesehatan yang bertema ‘Sosialisasi Penerapan Jajanan Sehat’ bagi siswa SD adalah salah satu upaya yang tepat, baik untuk pihak sekolah juga bagi pihak lainnya seperti pedagang jajanan dan orangtua murid. Namun, sayang dengan jumlah penyuluh dan peralatan kami yang terbatas, maka cakupan penyuluhan kami hanya kepada murid dan guru sekolah.

Ilustrasi kegiatan jajan
     Di Banjarmasin sendiri, kerap dijumpai kebiasaan masyarakat mengonsumsi jajanan tak sehat. Contohnya antara lain bakso dengan saos yang banyak mengandung rhodhamin-B, goreng-gorengan pemacu kolesterol, minuman manis berpengawet dan pewarna kimia. Termasuk di dalamnya masalah cara pembuatan sampai penyajian makanan yang kurang higienis.

    Sebenarnya lumayan membuat stress tugas dosen kali ini. Apalagi buat saya yang sejujurnya tak terlalu vokal berbicara di depan publik, sempat menolak dijadikan lead vocal *ceilaah, kayak band ajee!. Tapi apa boleh buat, kali ini amanah dan kepercayaan rekan-rekan pula lah mendorong saya melakukannya. “Semua akan baik-baik saja!” Bisik saya dalam hati. Padahal gugupnya setengah hidup rasanya. Hufft...

    Saya kira seorang trainer atawa motivator sekaliber Mario Teguh pernah keseleo lidah kala berbicara di depan audiens nya. Itupun yang terjadi pada diri saya, tanpa sengaja saya bilang penyakit akibat tikus adalah tifus, harusnya ‘Pes’. Anak-anak yang duduk manis sebagai audiens setia manggut-manggut saja, walaupun sebagian besar juga ada yang melongo, entah faham atau tidak. Saya jadi ngarep bagian itu di Ctrl+Z saja!

    Memberi penyuluhan kesehatan kepada anak-anak memang gampang-gampang susah. Gampangnya, para kader kesehatan masyarakat hanya perlu cerdas memikirkan cara berkomunikasi yang sesuai daya pikir anak. Mereka antusias kala ditampilkan animasi yang semalam sebelumnya saya download tentang anak yang suka jajan sembarangan, hingga terlihat di layar LCD anak itu mengalami diare dan harus berobat ke dokter. Ilustrasi yang sesuai bisa menjadi media yang memudahkan bahkan juga melengkapi kegiatan penyuluhan.

    Sedangkan kendalanya, hal ini hampir semua dialami oleh rekan-rekan dari kelompok lain, yakni perkara ‘kebisingan’ yang membahana. Ya namanya juga anak-anak, HERI alias heboh sendiri. Sebagai pelaku cuap-cuap di depan audiens cilik yang dikumpulkan dalam satu kelas, saya cukup dibuat jengkel kala harus menyesuaikan volume suara saya yang menggunakan microphone agar terdengar oleh mereka. Sesekali saya harus menegur agar mereka tenang. Oke, tidak sulit mereka anak-anak yang penurut. Fokus saya cuma satu, tidak lagi tentang ini semua cepat selesai atau tidak, namun bagaimana informasi yang disampaikan dapat diterima oleh mereka. Dan mungkin saya mulai menyukai kegiatan ini.

    Sekitar satu jam penyuluhan kesehatan di sekolah tersebut berakhir, rasanya cepat sekali. Ternyata tak sesulit yang kubayangkan, meskipun sebelumnya harus bergulat demi mengalahkan sindrom ‘puteri malu’. Alhamdulillah lancar, malah ketagihan.

    Baiklah, sekian reportasi saya kali ini. Upaya pencegahan penyakit bukan hanya tugas utama para kader kesehahatan masyarakat dengan kegiatan preventif dan promosinya, namun juga tanggungjawab lintas sektor. Dari pemerintah hingga diri masyarakat itu sendiri. Penting pihak sekolah dan orangtua memantau apa yang anak atau adik-adik kita konsumsi di luar rumah. Bekali mereka dengan informasi yang cukup dan bekali juga dengan makanan sehat yang dibuat sendiri dari rumah. Mencegah penyakit lebih baik, bukan begitu? ^_^
 ***

 NB :
  1. Terimakasih banyak kepada pihak SDN Tanjung Pagar IV yang welcome banget pada kami. Anak-anaknya lucu dan santun semua. *jadi kangen*
  2. Thanks juga buat temen-temen yang udah ikhlas ngebantu terlaksananya tugas ini walopun serba terbatas, tapi aku salut atas kerja kerasnya.
  3. Thanks juga buat yg berepot-repot ria ngebaca note aku. Sorry foto sama video belum dapet izin dipublish, jd gak disertain. Semoga bermanfaat. Piiiis!