Kidung senja mengalun mengiring tersibaknya tirai malam
Sebuah alunan nada sunyi terus menggantikan cahaya surya
dengan dewi malam
Penghuni bumi juga telah berada di peraduannya masing-masing
berdiam menggenggam asa untuk esok yang dinanti
Tapi, apakah ada yang peduli denganku
atau mendengar dawai rindu yang berdentang di hatiku
Suara riak air mata yang seperti tak pernah kering
Iniah aku dan sayap patahku yang berkelana mencari senyum dan tawaku
Kadang hidupku itu kejam
gelombang lautan ketidakpastian mengombang-ambingkanku
sebelum sampai ke tepian pulau asing
Kadang tiupan angin menerbangkanku menyentuh awan putih yang lembut
Tapi saat ku terbang sendiri
aku malah mendarat di dahan dan ranting yang kering
Ujungnya yang tajam mengait satu lembaran sayapku
dengan dayaku kuterbang bersama sayap yang patah saat berkeras
menjauh dari kesalahanku
Apa yang dapat kupertaruhkan untuk pergi
dari kubangan ketidakpastian ini
Aku belum punya segurat senyum seperti yang lainnya
ataupun tawa lepas yang menghempas sedih dan luka
Dan inilah hatiku digenangi emosi dan pengharapan
Masih belum tahu kemana aku pergi dan mendarat
bersama sebelah sayap yang masih melekat utuh di punggungku...
Kupersembahkan untuk yg terkasih,
Abah & Mama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar