Ada apa aja ya di blog saya?

Selasa, 18 Juni 2013

Shocking Day


Mantan kekasihku di kampus mengundangku ke acara resepsi pernikahannya hari ini. Sengaja hari ini aku berdandan lebih parlente, siapa tahu dapat kekasih baru. Sesaat setelah kumasuki aula acara langsung terdengar alunan musik gambus yang membahana. Kutatap sekilas kedua mempelai yang dari kejauhan tampak sibuk menyalami tamu-tamu undangan. Mereka seperti membentuk antrian sembako saja. Daripada ikutan mengantri lebih baik kutuju deretan hidangan prasmanan yang tersedia. Barulah nanti kusalami yang punya hajat. Ada banyak jenis masakan Banjar disini. Ah, kupilih soto Banjar saja.
Tiba-tiba ada seorang wanita cantik berdiri di sebelahku. Tangannya mengacak-acak sendok dan garpu yang akan digunakannya. “Kamu diundang juga, Nang?”
“I..iya.” Kujawab sambil tersenyum kikuk. Kenapa dia tahu namaku ya. Ah, siapa yang tidak mengenaliku.
“Maaf.” Kecap manis yang hendak kutuang ke sotoku tak sengaja tersenggol lengan mulusnya, mengotori kemeja sasirangan biruku.
“Ah, nggak apa-apa, cantik.” Kataku agar dia tidak usah merasa bersalah.
“Sekali lagi sorry ya, Nang.” Kali ini dia menyodorkan selembar tisu kepadaku.
“Sebagai permintaan maaf gimana kalau kita cari meja. Nggak enak kan berdiri disini aja.” Modus kujalankan.
Kucari meja bundar yang agak jauh dari panggung hiburan, agar tidak terlalu berisik. Setelah kusorongkan bangku untuknya duduk, kuajak dia berkenalan.
“Ehm, aku Anang. Anang Khairani Syahputra. Kamu?”
“Tahu kok Anang nama kamu. Kamu beneran nggak kenal aku?” Ujarnya sebelum menyuap sesendok bistik.
Aku terkesiap. Kulirik dia yang tengah mengunyah bistik sapi yang lezat. Mulutnya tidak terlalu menutup saat berkunyah. Memang agak familiar gadis ini. Seperti seseorang. Ah, tidak mungkin secantik ini, mana langsing lagi.
“Kamu..” Makananku saja masih ku nomorduakan, habisnya aku penasaran sekali dengannya.
“Naimah Putri.” Dengan anggunnya laksana puteri keraton, dia mengelap sisa sambal bistik yang menempel di ujung bibirnya.
Apa? Kali ini aku agak kaget. Tidak menyangka gadis di sebelahku adalah mantan pacarku di SMA, cinta monyetku yang dulu kuledek mirip monyet. Kupikir selama pacaran dengannya aku bisa membawanya having fun tapi teman-temanku justeru menjadikannya bahan ejekan. Alih-alih membelanya, karena merasa dibuatnya malu, besoknya aku memutuskan hubungan kami. Karena tidak berhasil, ya sudah kuselingkuh saja. Pada akhirnya dia benar-benar memutuskanku.
“Beneran Nay?” Aku masih melongo.
Soto Banjar yang sebenarnya salah satu masakan paling spicy, rasanya bagai hambar di lidah. Ini berlebihan ya. Sungguh Naimah merebut perhatianku.
“Yang dulu kamu bilang tonggos..” Katanya mendelik ke arahku.
“Tapi, aku suka!” Kilahku. Aku suka melihatnya tersenyum, giginya dipagari kawat gigi yang trendi.
“Trus, kamu bilang aku kalo makan mirip monyet!” Pas ‘monyetnya’ jarinya menunjuk arahku.
“Cuma bercanda kok, suer deh!” Damai untuk Naimah. Aku terkekeh manja.
“Abis itu, kamu duain..eh tigain sama cewek sekolah sebelah. Sebab, kata kamu aku cupu.” Mimiknya dibuat pilu.
“Tapi, sekarang kamu can..” Belum genap bilang cantik, tiba-tiba dua gadis yang kukenal duduk di depanku.
“Hai Anang, Kurnia sama Mega boleh numpang duduk disini ya?” Izinnya sambil menaroh secangkir es buah ke atas meja.
Dandanan mereka yang high class plus tingkah centilnya tentu saja membuatku makin shock hari ini.
 “Iya nih, mejanya pada penuh semua di kawinannya Raisa.” Kata Mega. Diseruputnya soto Banjar ke mulutnya. Tampak bekas lipstik merah menyala nya ikut berlepotan di ujung sendok.
Aku ingat, baru saja Naimah menyebutkan mantan-mantanku dari sekolah sebelah, kebetulan sekali mereka datang. Dasar panjang umur.
“Kalian, apa kabar?” Jujur saja, sebenarnya aku merasa surprise dengan kehadiran mantan-mantanku. Apalagi berada di satu meja yang sama.
“Kabar baik. Ehm, kamu masih seramah dulu ya.” Sahut Kurnia dengan senyum centilnya.
“Oh iya, kalian kok bisa diundang Raisa juga?” Tanyaku.
“Kami temen satu les Mandarin.” Jawab Kurnia dan Mega hampir bersamaan. Mereka memang sahabat setia, sama-sama berisik dan tentu saja tanpa saling mengetahui keduanya pernah kupacari diam-diam. Pas ketahuan, mereka memang sempat bertengkar tapi kemudian persahabatan sejati mengalahkan ego keduanya.
Kulihat Naimah lebih memilih menikmati orkes gambus, sepertinya dia tidak tertarik ikut pembicaraan.
“Oh iya, kamu yang pernah nganterin Raisa les kan?” Tanya Kurnia membuyarkan perhatian Naimah.
“Iya.” Jawabnya singkat sambil tersenyum.
“Jadi, Nay kenal Raisa juga..” Dia hanya menggangguk.
“Ehm, maaf nih, aku duluan ya.” Naimah hendak beranjak menuju arah pelaminan.
“Tunggu aku, Nay.” Kutahan lengannya. Entah kenapa aku lebih memilih beranjak daripada berlama-lama duduk dengan dua mantanku lainnya.
“Yuk, buruan mumpung nggak ada antrian. Tapi.. lepasin tanganku donk.”
“Eh iya, maaf.” Ujarku cengengesan.
“Selamat ya, bro. Beruntung banget elo dapetin Raisa. Nggak bakal nyesel deh elo, man!” Kataku sambil menyalami erat suami Raisa.
“Keluar deh ‘buaya’ nya!” Kata Raisa terkekeh.
Kuakui dibanding dengan mantan-mantanku, hanya dengan Raisa lah kami putus baik-baik. Meskipun rasanya galau juga pas dia lebih memilih dijodohkan orangtuanya buat nikah, aku gampang move on. Prinsipku, cinta itu seperti taksi. Ditinggal satu taksi tak masalah, masih bisa cari taksi lainnya.
“Hai, sepupu, makasih ya udah datang. Nggak nyangka deh barengan Anang lagi.” Goda Raisa sembari bercipika-cipiki dengan Naimah.
“Oh, jadi kalian sepupuan.” Keduanya tersenyum penuh arti. Banyak hal-hal mengejutkan hari ini.
Setelah keluar dan menuju parkiran, “Nay, mau kuanter, nggak?” Ajakku. Masih modus yang sama, siapa tahu Naimah masih menjomlo.
“Nggak usah, Nang, terima kasih. Aku nunggu jemputan.” Tolaknya secara halus.
“Ehm, nggak nyangka ya kamu ternyata sepupuan sama Raisa.” Kataku terus berbasa-basi. Naimah yang masih se-cuek dulu. Jika tidak dimulai pembicaraan, kadang dia diam saja. Memang agak membosankan, tapi aku banyak trik yang bisa membuat wanita tertarik bicara denganku.
“Nggak nyangka kan dunia ini terasa sempit.”
“Iya, hehe..” Duh, bicara apa lagi ya.
“Ehm, nggak nyangka juga kamu sekarang cantik.” Yes! Akhirnya kata-kata yang tadi sempat tertahan kini terlontar dari sangkarnya.
“Nay, aku..” Hampir saja kuraih lengannya. Berharap bisa mengajaknya kembali jadi kekasihku. Kalau saja...
“Sayang!” Dilambainya seorang pria gagah berkendara kuda besi merk Kawasaki Ninja keluaran tahun 2004. Sang pria tepat berhenti di hadapannya.
“Maaf ya isteriku sayang, jadi nunggu lama.” Ujarnya sambil memasangkan helm ke kepala Naimah.
“Nang, aku duluan ya.” Naimah pamit. Tak lama motor pun melaju kencang dan meninggalkanku dengan sebulat huruf ‘O’ besar muncul dari mulutku.
Baru kali ini patah hati secara instan. Raisa nikah, Naimah apa lagi. Soto Banjar dan bistik sapiku ludes...
“Hoy, Anang, melongo aja kamu!” Kurnia menepuk bahu kananku, membuatku kaget.
“Iya, nih. Mending jalan sama kita-kita yuk!” Mega tidak kalah. Kali ini disenggolnya bahu kiriku, hampir saja aku jatuh.
“Arrrggggh! Apa-apaan sih kalian!” Kataku kesal.
“Uh, playboy sensi.”
Daripada jadi sasaran cewek-cewek gila lebih baik aku kabur.
“Anang, tunggu kita-kita!!!” Mereka mengejarku.
Aaaaaarrrrrggggghh, socking day jangan lagi-lagi deh!
***
NB: Haha, cerita ini sekedar seru-seruan aja. Kalau pun ada benang merah, ehm, cowok2 jangan pernah niat jadi playboy deh. Dah gitu aja! Hehehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar